Ragu Lakukan Konsultasi Kejiwaan? Dengar Nih Saran dari Psikolog

02 Agustus 2022 21:00

GenPI.co Sumsel - Kesadaran masyarakat Kota Palembang, Sumatera Selatan, terhadap kesehatan mental masih cukup rendah. 

Pasalnya, stigma negatif yang disematkan pada warga yang melakukan konseling jiwa kerap kali membuat mereka maju mundur untuk melakukan pelayanan psikologi atau berkonsultasi jiwa.

Padahal, menurut Psikolog Klinis RSUD Siti Fatimah Azzahra Palembang, Syarkoni, pemeriksaan kepada ahli bisa mendeteksi lebih dini kemungkinan gangguan kejiwaan yang diderita. 

BACA JUGA:  ASN Palembang Diimbau Berangkat Bekerja dengan Transportasi Umum

Selain itu, pasien juga dapat terhindar dari kesalahan diagnosis karena melakukan diagnosis mandiri (self diagnosis). 

"Ini penting untuk melakukan langkah selanjutnya. Contohnya, upaya pertolongan atau menyembuhkan pasien. Jadi, tidak perlu takut periksa ke psikolog atau dokter jiwa," katanya kepada GenPI.co Sumsel, Selasa (2/8). 

BACA JUGA:  DPKP Palembang: Jumlah Hewan yang Divaksin Rabies Masih Sedikit

Menurutnya, dampak lebih buruk bisa terjadi jika tidak segera melakukan pemeriksaan kejiwaan.

Sehingga, bisa merugikan pasien dan orang di sekitarnya. 

BACA JUGA:  Jadi Ikon Kota Palembang, Kawasan BKB Akan Ditata dan Ditertibkan

"Misalnya, akan muncul perilaku mengamuk dan melukai diri sendiri atau keluarga," ujarnya lagi. 

Ia menilai, melakukan pemeriksaan kesehatan jiwa atau mendapatkan pelayanan pemeriksaan psikologi, tak selalu mengindikasikan seseorang mengalami gangguan jiwa. 

"Tidak otomatis jadi orang gila. Melakukan pemeriksaan kesehatan jiwa atau kesehatan psikologis atau rohani untuk melengkapi syarat seseorang masuk pendidikan, masuk pekerjaan, untuk bimbingan karir, dan lain sebagainya," terangnya. 

Dia menjelaskan, jenis diagnosis gangguan jiwa banyak sekali, mulai dari yang paling ringan sampai hingga berat. 

Untuk menentukan seseorang mengalami gangguan jiwa atau tidak, lanjutnya, harus dilakukan serangkaian pemeriksaan secara psikologis oleh profesional yang berkompeten di bidang klinis.

Karena itu, kerap kali masyarakat dengan mudah mempersepsikan masalah kejiwaan tersebut dengan kata kurang waras karena ketidaktahuan tentang masalah kejiwaan. 

"Padahal, ada kata lain yang lebih akademis dan profesional dengan kata lain yang lebih tepat sesuai diagnosisnya, misalnya neurosis, atau sksizofrenia," pungkasnya. (*)

Redaktur: Budi Yuni Reporter: Jati Purwanti

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co SUMSEL