Bangun Kafe, Pemuda Palembang Sukses Bertahan Hidup dari Pandemi

10 Agustus 2022 09:00

GenPI.co Sumsel - Memasuki halaman kafe bernama Rumah Sintas di Kota Palembang, Sumatera Selatan, kamu akan langsung disambut pepohonan rindang.

Jendela berukuran besar di bagian depan dan samping menambah kesan kafe ini bukan seperti pada umumnya. 

Berlokasi di Jalan Jambu No.4, 30 Ilir, Ilir Barat II, Kota Palembang, kafe ini berdampingan dengan Perumahan Wong Kayo Lamo, sebuah sebutan untuk golongan orang kaya sejak dulu. 

BACA JUGA:  Pelaku Penyiraman Air Keras ke Siswa SMK di Palembang Ditangkap

Jika kamu melewatinya, sekilas tentu banyak yang menyangka Rumah Sintas bukanlah tempat nongkrong dan ngopi anak muda Palembang.

Tempat ini hanyalah bangunan rumah biasa seperti bangunan lain di sekitarnya. 

BACA JUGA:  Resep Celimpungan, Olahan Ikan Mirip Tekwan Khas Palembang

"Betul sekali kalau mengira tempat ini kayak rumah karena ini memang rumah yang kami sulap jadi seperti ini," ujar pemilik Rumah Sintas, Anton Tri Susilo kepada GenPI.co Sumsel di Palembang, Selasa (9/8). 

Pria berusia 27 tahun ini mengaku kerap mendengar komentar tentang kafe miliknya yang disebut tempat pulang oleh para pengunjung.

BACA JUGA:  Dana Terbatas, Sekolah di Palembang Akan Diperbaiki Bertahap

Bila masuk ke kafe itu, kamu akan disuguhi berbagai hal unik.

Kopi dan menu lainnya sudah pasti ada, seperti layaknya kafe biasa.

Selain itu, kamu akan menemukan ratusan buku dan majalan yang bisa dibaca gratis. 

Selain itu, ada pula pilihan tempat duduk.

Beberapa ada di beberapa ruangan di dalam rumah dan belasan kursi di halaman belakang. 

"Banyak yang bilang ini rumah nenek karena bangunan zaman Belanda. Bahkan, kalau ngopi pengunjung ada yang duduk di teras," katanya lagi. 

Rumah Sintas sendiri dibangun pada Februari 2021 lalu bersama sahabat Anton, Juansah.

Berdiri saat sebagian besar kafe lain tutup membuatnya terinspirasi memberikan nama Rumah Sintas yang memiliki arti sebagai tempat bertahan. 

"Sintas itu kalau dalam bahasa Inggris survive. Kami pun ingin survive dari sisi ekonomi dan juga soal hobi," kata dia. 

Meski tak ingin menyebut besaran modal yang digunakan untuk membuka usaha kafe ini, Anton menyebut dana itu berasal dari uang tabungan selama menjadi karyawan swasta. 

Setelah 1,5 tahun beroperasional keduanya mengaku sudah balik modal. 

Tak hanya memberi alternatif pilihan menikmati kopi, Rumah Sintas pun kerap menjadi lokasi untuk berbagai kegiatan. 

Misalnya saja, Pekan Raya Sintas, Festival Bulan Juni hingga diskusi soal lingkungan. 

"Kami berdua sama-sama mantan karyawan yang ingin punya usaha dan bisa mengakomodir kawan-kawan yang ingin ngopi atau sekadar diskusi soal buku, film atau musik," jelas Anton. 

Sebagai informasi tambahan, kafe ini menyediakan aneka minuman kopi dan non kopi dengan harga mulai dari belasan ribu.

Begitu pula untuk beragam jenis menu makanan. 

Kopi yang disediakan berasal dari kopi lokal Sumsel yakni jenis kopi robusta dan Arabika yang dihasilkan petani kopi di Kota Pagar Alam.

Tak jarang pula ada pilihan kopi dari daerah lain seperti Lampung

"Kalau sempat boleh mampir dan rasakan sensasi ngopi yang beda dari kafe lainnya," pungkasnya. (*)

Redaktur: Budi Yuni Reporter: Jati Purwanti

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co SUMSEL