Dokter Spesialis Paru Beri Peringatan Bahaya Merokok, Efeknya Ngeri!

31 Mei 2023 23:30

GenPI.co Sumsel - Efek buruk merokok ternyata baru akan dirasakan dalam waktu 10 hingga 20 tahun ke depan.

Hal itu disampaikan dokter spesialis paru dari Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)-RSUP Persahabatan, dr. Sita Laksmi Andarini Ph.D, Sp.P (K).

"Efeknya tidak dirasakan sekarang, tapi dirasakan 10 hingga 20 tahun ke depan," kata Sita yang juga Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) di Jakarta, Rabu (30/5).

BACA JUGA:  Ada yang Bilang Merokok Bisa Bikin Kurus? Cek Faktanya Nih

Tembakau di dalam rokok berbahaya karena mengandung nikotin adiktif dan tar bersifat karsinogenik atau memicu kanker.

"Nikotin masuk (ke tubuh), dihisap, masuk ke dalam peredaran darah dan masuk ke otak, di situ, ada reseptor, kemudian meningkatkan dopamin. Kalau dopamin naik, orang yang merokok merasa enak, nyaman, bisa tidur. Begitu dopamin turun, langsung dia gelisah, marah-marah," jelas Sita.

BACA JUGA:  Kamu Perokok Pasif? Begini Cara Efektif Bersihkan Paru-paru

"Makanya orang merokok itu susah berhenti karena ketergantungan nikotin," imbuh dia.

Orang yang merokok berisiko lebih tinggi terkena kanker paru dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.

BACA JUGA:  Rokok Rupanya Bisa Pengaruhi Kerja Otot, Harap Waspada!

Ini karena asap rokok mengandung 4.000 zat kimia dengan 60 di antaranya merupakan karsinogenik.

Berdasarkan data Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) pada 2021, kanker paru menjadi jenis kanker terbanyak ketiga dan penyebab nomor 1 kematian akibat kanker di Indonesia.

Sita pun mengingatkan jika asap rokok juga berbahaya bagi orang lain yang sengaja maupun tidak sengaja menghirupnya dengan istilah secondhand smoke (SHS).

Tak hanya itu, residu asap rokok yang menempel di baju, sofa, dan benda-benda lainnya atau third-hand smoke juga berbahaya.

"Risiko perokok aktif mengalami kanker paru adalah 13,6 kali lipat dibandingkan yang tidak merokok, sedangkan perokok pasif risikonya adalah empat kali lipat," tutur Sita.

Karena itu, dia menganjurkan untuk menghentikan kebiasaan merokok guna mencegah kanker paru-paru.

"Memang ini adalah masalah yang sangat berat. Ada klinik berhenti merokok, tapi tetap susah. Sehingga memang motivasinya harus dari diri sendiri, karena buktinya, saat puasa saja bisa berhenti merokok selama 12 jam," ujar Sita. (Antara)

Redaktur: Budi Yuni

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co SUMSEL