Inspiratif! Petani di OKI Produksi 7 Ton Padi Pakai Pupuk Organik

26 Juli 2022 09:00

GenPI.co Sumsel - Penggunaan pupuk organik terbukti mampu meningkatkan produktivitas lahan pertanian.

Hal itu dibuktikan oleh Novriansyah (35), petani padi di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, yang memutuskan untuk beralih pemakaian dari pupuk kimia ke organik.

Petani asal Desa Lubuk Seberuk, Kecamatan Lempuing Jaya, Kabupaten OKI ini mengaku sudah beralih pemakaian pupuk organik sejak empat tahun lalu dengan menerapkan pada lahan sawah seluas satu hektare (Ha).

BACA JUGA:  Pelaku Begal Rekening di OKI Ternyata Pengedar Narkoba, Oalah

“Jadi saya sudah benar-benar full pakai pupuk organik seluas seperempat Ha, sisanya yang tiga per empat Ha masih semi organik," ujarnya di Kayuagung, Senin (25/7).

Pada awalnya, ia mengalami kesulitan setelah beralih ke pupuk organik.

BACA JUGA:  Rumah Dilelang Murah di OKI, Luas 2.500 Meter, Harga Rp295 Jutaan

Sebab, terjadi penurunan hasil panen hingga 4 ton gabah kering giling (GKG) per Ha.

Akan tetapi, pada tahun kedua dan ketiga sudah normal di sekitar 6-7 ton GKG per Ha.

BACA JUGA:  Cegah Bencana Karhutla, Kodim 0402 Ajak Warga OKI Tanam Jagung

Ini dikarenakan lahannya masih mengandung residu dari zat-zat kimia.

Ia pun membuat empat jenis pupuk cair berbekal pengalaman dan pelatihan yang diikutinya.

Semacam pupuk padat dengan bahan-bahan utama yang didapatkan dari sekitar rumahnya.

Pupuk padat tersebut berasal dari kotoran hewan, pupuk cair urea, fosfat, KCL, dan PGPR.

“Bahan pembuatan pupuk organik cair (POC) urea yaitu rumput-rumput lalu dicacah dan ditambahi dengan gula cair dan bakteri EM4 lalu dibiarkan selama kurang lebih 15-30 hari,” ujarnya.

Melalui sistem pupuk organik tersebut, ia bisa menghemat biaya produksi karena pembuatan POC hanya membutuhkan molase atau gula cair dan bakteri EM4.

“Bahan pembuatan POC urea yaitu rumput-rumput lalu dicacah dan ditambahi dengan gula cair dan bakteri EM4 lalu dibiarkan selama kurang lebih 15-30 hari,” katanya.

Ia pun berharap ke depannya bisa memperluas pasar karena akan terjadi peningkatan produksi beras organik.

Selain itu, ia juga berharap pemerintah setempat bisa membantu pengurusan izin agar mendapatkan label Standar Nasional Indonesia (SNI).

“Sejauh ini yang beli rata-rata orang kantoran ataupun warga yang mapan karena harganya berkisar Rp15.000 per Kg,” tuturnya.

Karena keberhasilannya tersebut, beberapa petani di desanya mulai tertarik menggunakan pupuk organik. (Ant)

Redaktur: Budi Yuni

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co SUMSEL