BPBD Sumsel Deteksi 3 Titik Hotspot Karhutla di Musi Rawas

29 Juli 2022 00:00

GenPI.co Sumsel - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Selatan mendeteksi tiga titik hotspot (titik panas) di wilayah Kabupaten Musi Rawas yang berpotensi memicu kebakaran hutan dan lahan (karhutla), Kamis (28/7).

“Hari ini hotspot ada tiga di Musi Rawas. Itu titik  panas, kemarin kosong,” ujar Kepala BPBD Sumsel, Iriansyah di Palembang, Kamis.

Meski demikian, hotspot tahun ini cenderung berkurang dibanding tahun lalu.

BACA JUGA:  Hadapi Ancaman Bencana Karhutla, BPBD OKU Terapkan Status Siaga

Sehingga pihaknya masih bisa mengendalikan hotspot tersebut.

“Mudah-mudahan terkendali sampai berakhirnya puncak kemarau,” tuturnya.

BACA JUGA:  67 Persen Wilayah Sumsel Masuk Kategori Rawan Karhutla

Menurutnya, pada musim kemarau tahun ini masih berpotensi hujan.

Sehingga, lahan gambut masih cenderung basah dan tidak mudah terbakar.

BACA JUGA:  Hadapi Musim Kemarau, OKU Timur Nyalakan Alarm Siaga Karhutla

Namun, pihaknya menyiapkan pencegahan kebakaran di lahan kering. 

"Kalau untuk lahan kering dilakukan pembasahan ini penting dibasahi agar tidak mudah terbakar," jelasnya.

Sebelumnya, pemerintah provinsi Sumsel juga telah menetapkan status siaga karhutla. 

Karena itu, pihaknya berupaya melakukan penanggulangan karhutla di Sumatera Selatan sejak permulaan musim kemarau, tepatnya pada awal Juli lalu.

Salah satunya dengan menyiapkan peralatan pemadaman api. 

"Untuk helikopter sudah ada enam, empat untuk water bombing dan dua untuk patroli. Sejauh ini helikopter yang ada sudah cukup, namun jika diperlukan bisa diajukan tambahan menyesuaikan kondisi," kata dia. 

Selain itu, pihaknya juga membentuk satuan tugas (satgas) pokok dan satgas operasi siaga karhutla. 

Satgas pokok sendiri dipimpin oleh Gubernur Sumsel, sedangkan satgas operasi kewenangannya diserahkan kepada komandan resor militer (danrem). 

Selain itu, ada pula sub satgas untuk pemadam darat dan pemadam udara yang siap diterjunkan bila kebakaran mulai terjadi. 

Ia juga mengimbau perusahaan yang menjalankan bisnis kayu atau Hutan Tanaman Industri (HTI) di Sumsel untuk membuat kanal blocking untuk aliran air.

Iriansyah juga meminta mereka untuk membuat embung dan sumur bor sebagai penyuplai air jika terjadi kebakaran. 

Di samping itu, penanggulangan karhutlah juga melibatkan aparat penegak hukum dan sosialisasi bahaya karhutla kepada masyarakat di sekitar lokasi kebakaran. 

"Kebakaran ini biasanya terjadi di kabupaten atau kota, maka kesiapsiagaan diutamakan dari desa. Kalau ada titik api langsung dipadamkan," tutup Iriansyah. (*)

Redaktur: Budi Yuni Reporter: Jati Purwanti

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co SUMSEL