Pastor Jennisen membongkar gereja lama dan sisa pembongkaran tersebut digunakan untuk membangun gereja berukuran 19x8 meter.
Gereja dibangun dari kayu berkualitas baik dan beratap bambu.
Selesai dibangun pada 1904, Vikaris Apostolik Batavia Mgr Edmundus Luypen memberkati gereja Santo Mikael pada 15 Juli 1905.
BACA JUGA: Air Terjun Buluh, Wisata Alam di Lahat yang Seksi Habis
Bruder Matthaeus Gerardus Schulte membangun gereja baru untuk menggantikan gereja lama yang sudah tua dan hampir roboh pada 1938.
Gereja baru tersebut selesai dibangun pada akhir 1938 dan diberkati Mgr Henricus Mekkelholt pada Januari 1939.
BACA JUGA: Pasar 16 Ilir, Wisata Belanja di Kota Palembang yang Bikin Betah
Hingga kini, umat Katolik di Tanjung Sakti masih menggunakan Gereja Santo Mikael untuk beribadat. (*)
Heboh..! Coba simak video ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News