Keahliannya dalam mendalang pun diwariskan dari sang kakek.
Namun, eksistensi wayang kulit Palembang dari keluarganya sempat terhenti selama beberapa tahun.
Sebab, saat itu ayahnya tak memiliki waktu banyak untuk melanjutkan profesi sebagai dalang.
Pasalnya, sang ayah harus izin dari pekerjaan karena kelelahan setiap sehabis melakukan pertunjukan wayang.
Hal itulah, yang membuat ayahnya tak lagi meneruskan profesinya sebagai dalang wayang kulit Palembang.
"Kalau (saya) dalang generasi ketiga. Pertama kali tahun 1950 tetapi putus di bapak karena saat itu status bapak karyawan bank daerah," tambah Wirawan.
Pada 2004, Wirawan kembali menghidupkan kembali kesenian wayang kulit Palembang usai mendapatkan bantuan dari UNESCO.
"Sampai sekarang saya dan kawan-kawan sanggar aktif mengenalkan lagi wayang Palembang supaya tidak punah," pungkasnya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News