GenPI.co Sumsel - Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan diminta untuk mengatasi ancaman kekeringan ekstrem secara maksimal.
Antisipasi tersebut dilakukan agar fenomena tersebut tidak mengganggu produktivitas pertanian dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional.
Hal itu disampaikan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo usai memimpin rapat koordinasi lintas sektor terkait antisipasi kekeringan ekstrem, Senin (17/7).
Menurutnya, fenomena El-Nino menjadi penyebab terjadinya kekeringan ekstrem tersebut di seluruh dunia.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan jika Indonesia akan mengalami puncak El-Nino pada Agustus hingga akhir tahun ini.
"Terutamanya di Sumsel ini selaku salah satu dari enam daerah penyangga pangan nasional maka antisipasinya mesti maksimal. Hal ini jadi perhatian serius Pak Presiden," ujarnya di Palembang.
Syahrul meminta pemerintah daerah mengidentifikasi sekaligus memetakan lokasi terdampak kekeringan menjadi zona merah, kuning, dan hijau.
Lalu, membangun atau memperbaiki embung, dam parit, sumur dalam, sumur resapan, rehabilitasi jaringan irigasi tersier, serta pompanisasi.
"Lalu menyediakan benih yang tahan kekeringan setidaknya untuk 1.000 hektare lahan, pupuk organik terpusat dan mandiri, sekaligus mengarahkan petani mempercepat tanam mengejar sisa hujan," kata Syahrul.
Syahrul optimistis, produktivitas beras di Sumsel dapat stabil bahkan hasil produksinya meningkat hingga satu juta ton pada akhir tahun ini jika hal tersebut dapat dilaksanakan dengan baik.
Pada 2022, produksi beras di Sumsel mencapai 743 ribu ton atau meningkat dari 2021 dengan 622 ribu ton.
"Jadi hasil produksi beras di Sumsel sebenarnya sudah sangat baik, bahkan overstock. Maka dari itu perlu diperhatikan untuk Sumsel ini demi kepentingan bangsa," kata Syahrul. (Antara)