GenPI.co Sumsel - Isu wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak rupanya berdampak pada sepinya pelanggan di pasar tradisional di Palembang.
Hal itu dikeluhkan Marisa, pedagang daging sapi di Pasar KM5 Palembang, Sabtu (21/5).
Marisa berharap pemerintah turun ke lapangan untuk menyosialisasikan kepada masyarakat.
“Karena belum ada sosialisasi itu bahaya atau tidak dan bagaimana cara mengatasinya, jadi bisa saja masyarakat ragu membeli ke pasar,” katanya.
Selain itu, masih tingginya harga beli dari rumah pemotongan hewan di Palembang sekitar 30 persen dari harga sebelumnya membuat harjual daging sapi juga melonjak.
“Kata mereka (rumah potong hewan) stok sapi potong dari Lampung berkurang beberapa pekan ini, itu mungkin saja akibat adanya isu wabah PMK ini yang sudah banyak ditemukan di sana,” ujarnya.
Hal yang sama juga dikeluhkan Acong, pedagang daging sapi lainnya.
Menurut Acong, kondisi tersebut sudah berlangsung sejak dua pekan terakhir.
Akibatnya, 250 kilogram daging sapi miliknya terancam rusak karena tidak laku terjual.
Penyebabnya karena banyak pelanggan yang beralih membeli daging beku karena alasan higienis.
Selain itu, harga daging beku juga tergolong murah senilai yaitu Rp68.000 per kilogram (Kg) dibandingkan daging segar miliknya senilai Rp150.000/Kg.
“Pembeli kami saat ini hanya langganan itupun pedagang bakso atau rumah makan kalau masyarakat tidak ada lagi,” katanya.
Menurutnya, penurunan jumlah pembeli saat ini tidak normal lagi karena bersamaan dengan harga jual daging sapi besar dengan daging sapi beku.
“Ini sudah tidak normal lagi, apapun permasalahannya dari situ mohon pada pemerintah mengintervensinya selesaikan masalah ini secara konkret,” tuturnya. (Ant)